Jangan Simpan “Sampah” dalam Hati dan Pikiran

Uncategorized


Oleh: AQUA DWIPAYANA

Aqua Dwipayana

“Saya selalu teringat pesan Pak Aqua yakni harus memuliakan tamu, meski mereka pernah berbuat jahat kepada kita. Hari ini saya melaksanakannya. Mentraktir makan siang mereka bersama rombongan yang datang dari luar kota.” ucap seorang teman.

“Tidak hanya itu, juga memberikan oleh-oleh. Mereka yang puluhan tahun lalu berperilaku negatif kepada saya, kaget sekali. Tidak menyangka saya bersikap seperti itu pada mereka,” lanjut seorang teman pada Sabtu siang (28/6/2025) sambil mengirimkan foto saat makan siang bareng tamunya.

Teman itu melanjutkan, “Jika saya tidak belajar dari Pak Aqua, nggak mungkin bisa seperti ini. Sejak kenal bapak, banyak perbuatan positif yang telah saya lakukan, dari hal yang kecil hingga besar termasuk berbagi kepada sesama. Saya meneladani Pak Aqua. Terima kasih banyak karena bapak selalu mengajarkan tentang kebaikan kepada saya, bahkan sering secara langsung mempraktikkannya. Saya menyaksikan semua itu.”

Saat menyimak semua cerita teman itu, saya ikut merasakan kebahagiaannya. Apalagi ia totalitas menjamu mereka yang pernah menyakitinya.

Saya membayangkan perasaan dan wajah teman-temannya itu. Mungkin sebelum ketemu, mereka tidak menyangka akan mendapat layanan istimewa dari orang yang pernah mereka sakiti.

BACA JUGA: Hidup Bahagia, Bermakna dan Merdeka

Saya mengapresiasi teman itu. Berjiwa besar. Meski pernah disakiti namun tidak membalas dengan hal yang sama. Bersikap sebaliknya.

Keteladanannya perlu dicontoh. Menekan ego. Memaafkan kesalahan dengan setulus hati, sehingga tidak ada perasaan dendam dan benci dalam dirinya.

Praktikkan Puluhan Tahun

Kepada teman itu dan kawan-kawan yang lain selalu saya sampaikan agar jangan pernah menyimpan “sampah-sampah” dalam hati dan pikiran. Dengan begitu menjalani hidup tanpa beban.

Paling utama tidak memiliki musuh. Semuanya teman. Jika dengan bersikap seperti itu masih ada yang berperilaku negatif, biarkan saja. Tidak usah ditanggapi.

Mereka yang berperilaku dan bertutur kata negatif, levelnya rendah. Sikapnya itu merendahkan dirinya di mata manusia, apalagi di hadapan TUHAN.

Biarkan saja mereka yang bersikap seperti itu. Jangan membalasnya dengan sikap serupa agar levelnya tidak sama dengan mereka.

Saya secara konsisten telah puluhan tahun mempraktikkannya. Hasilnya dahsyat dan luar biasa. Mereka yang bersikap negatif akan kalah dengan kebaikan.

Di saat seperti itu, saya tetap merangkul mereka. Sedikit pun tidak ada rasa dendam dan benci. Saya anggap mereka khilaf dan masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri.

Ketika mereka sadar tentang kesalahannya, biasanya menyampaikan permohonan maaf kepada saya. Dibarengi ucapan terima kasih karena telah menyadarkan mereka.

Spontan saya sampaikan semuanya sepenuhnya karena TUHAN. Jadi bersyukur dan berterima kasihnya kepada Sang Pencipta, bukan ke saya.

Tidak Terlambat

Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Juga jangan pernah malu melakukannya.

Mereka yang sadar akan kesalahannya, langsung minta maaf, dan memperbaikinya. Itu menunjukkan jiwa besarnya. Orang lain bakal respek kepadanya.

Tidak perlu malu menyatakan diri salah. Juga untuk minta maaf. Ingat, tidak ada satupun manusia yang sempurna. Kesempurnaan itu hanya ada pada TUHAN.

Selanjutnya memperbaiki diri. Tidak mengulangi kesalahannya dengan menyakiti orang lain. Cukup sekali saja melakukannya.

Lain kali agar lebih hati-hati agar tidak ada lagi yang tersakiti. Jadikanlah semuanya sebagai pengalaman berharga. Pelajaran kehidupan yang tidak pernah ditemukan di bangku sekolah.

Selanjutnya totalitas instrospeksi diri. Menjadi role model bagi sesama terutama lingkungannya.

>Dari rumah Bogor dalam suasana hujan lebat, saya ucapkan selamat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Salam hormat buat keluarga. 18.40 28062025😃<

ꦠꦶꦁꦒꦭ꧀ꦏꦤ꧀ꦧꦭꦱꦤ꧀

꧋ꦄꦭꦩꦠ꧀ꦌꦩꦻꦭ꧀ꦱꦩ꧀ꦥꦺꦪꦤ꧀ꦎꦫꦣꦶꦗꦺꦣꦸꦭ꧀ꦤꦺꦈꦠ꧀āꦮ꧀āꦣꦶꦏꦠꦺꦴꦤ꧀ꦏꦺ꧉ ꧋ꦫꦺꦴꦱ꧀ꦱꦶꦁꦏꦸꦣꦸꦣꦶꦆꦱꦶāꦤ꧀āꦠꦤ꧀ꦝꦤꦺ *