Tim UAD bersama GIPI Kenalkan Smart Limbah ke Desa Wisata Krebet

Headline Wisata


BANTUL – Limbah batik dari kerajinan batik kayu di Desa Wisata Krebet, Sendangsari, Bantul bisa menjadi ancaman terhadap lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh satu universitas di Jogja menunjukkan adanya kandungan logam pada tanah yang disiram limbah batik. Pengakuan ini disampaikan oleh warga saat berlangsung Pelatihan Pengelolaan dan Pengolahan Limbah Batik pada Minggu (16/2).

Pelatihan diselenggarakan oleh Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY dengan menggandeng Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (LPPM UAD) Yogyakarta. Tiga narasumber LPPM UAD Shinta Amelia ST, MT, Liya Yusrina Sabilla ST, MT, dan Rachma Tia Evitasari ST, MEng menyampaikan materi. Untuk mengetahui tingkat pemahaman, di akhir paparan peserta diminta mengisi post test.

Pengakuan adanya kandungan logam tersebut menjadi titik awal Tim UAD menyampaikan materi. Tiga narasumber yang hadir menguraikan mengenai standar baku mutu air, parameter baku mutu limbah batik, teknologi pengolah limbah batik berbasis IoT (Internet of Things) dan uraian tentang unsur kimia pada limbah batik dan cara menetralkannya.

Tidak hanya menyampaikan teori, Tim UAD juga mempraktikkan alat untuk menetralkan limbah batik bernama Smart Limbah. Teknologi Pengolah Limbah ini bisa mengubah air limbah batik menjadi jernih kembali dan bisa dioperasikan dari jarak jauh.

Peserta pelatihan para pelaku UKM batik kayu di Desa Wisata Krebet.

Setelah sesi penjelasan teoritik, peserta pelatihan yakni pelaku UKM Batik Kayu diajak ke teras depan. Alat Smart Limbah kapasitas 30 liter telah siap dioperasikan. Sandhy Aulia Maarif memandu mengoperasikan. Langkah-langkah menetralkan cairan limbah batik pun diperagakan. Mulai memasukkan katalis bisa berupa zeolite atau arang, kemudian H202 dan cairan limbah.

Di dalam tabung itulah proses pengolahan limbah berlangsung. Menurut Shinta, diperlukan waktu selama 3 jam hingga cairan limbah menjadi netral dan aman untuk lingkungan. Proses penetralan limbah tidak perlu ditungguin karena alat ini dilengkapi pemantau jarak jauh. Semua bisa dikontrol dengan handphone dari jarak jauh.

Sebelum pelatihan dimulai, Wakil Ketua GIPI Bidang Peningkatan Kapasitas Erwan Widyarto menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program pendampingan GIPI DIY. Pada September-November 2023, GIPI bersama Dinas Pariwisata DIY melakukan pendampingan di Desa Wisata Wukirsari dan Desa Wisata Krebet.

Wukirsari yang menjadi sentra batik tulis dan menyuguhkan atraksi membatik kepada wisatawan, telah memiliki pengolah limbah batik. Sedangkan Krebet dengan batik kayunya belum. Oleh karena itu, GIPI meminta pihak LPPM UAD memberikan pelatihan pengelolaan dan pengolahan limbah batik kayu ini. Harapannya, Desa Wisata Krebet semakin perhatian dengan aspek kelestarian lingkungan.

Dan ternyata, Tim UAD memiliki alat yang bisa mengolah limbah batik dan sudah diterapkan di satu sentra batik cap di Bantul yakni di Wijirejo. Yang didemokan di Krebet kapasitas 30 liter, sedangkan yang sudah dioperasikan di Wijirejo berkapasitas 400 liter.

Ketua Desa Wisata Krebet Agus Kumara Jati menyambut baik pelatihan limbah batik kayu ini. Pihaknya siap untuk menindaklanjuti. Mengingat pengolah limbah batik ini memang penting dan strategis bagi pengembangan desa wisata berkelanjutan.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *