
Seni rupa merupakan satu dari 17 subsektor ekonomi kreatif. Salah satu bentuk seni rupa adalah melukis. Melukis juga bisa menjadi sarana healing atau terapi. Dikenal dengan terapi seni (art therapy). Yakni terapi yang dilakukan melalui proses kreatif pembuatan karya seni dalam meningkatkan kesehatan baik fisik, mental, psikologis maupun emosional.
Berwisata sekaligus healing, lewat atraksi melukis adalah satu pilihan yang baik. Dan, atraksi menorehkan cat ke media lukis ini ternyata dilirik banyak pengelola desa wisata di DIY menjadi salah satu atraksi.
Para tamu yang berkunjung ke desa wisata ditawari kegiatan ini dengan kreativitas di masing-masing pengelola desa wisata. Beberapa di antaranya bisa disimak dalam tulisan ini.

Datanglah ke Dewi Mulya. Desa Wisata Sri Mulyo, Kapanewon Piyungan, Bantul, suguhan melukis menjadi salah satu unggulan di sini. Melukis di atas tas kain.
Dengan bersepeda, Anda diajak oleh pemandu menyusuri indahnya suasana pedesaan. Bisa pagi hari. Bisa sore hari. Saya sarankan pagi hari. Anda malamnya menginap di Homestay Desa Wisata, dan bisa berinteraksi dengan pemilik homestay. Dan paginya bersepeda menuju lokasi melukis.
Menuju lokasi melukis, Anda akan melewati satu spot yang indah untuk berfoto. Satu jalan dengan latar belakang Bukit Patuk dan deretan pegunungan.
Sampai di lokasi akan disuguhi aneka tanaman bonsai dan patung yang juga menarik untuk jadi latar foto. Itulah sanggar lukis Bimo AB @sanggar_ab.jogja Mas Bimo yang juga Ketua RT ini akan mengajak para tamu melukis. Tamu akan dibagi satu tas kanvas dan peralatan lukis.
”Ini cat akriliknya. Ini airnya. Silakan bebas. Mau melukis apa. Bisa dimulai dengan membuat sket dulu dengan pensil. Tipis-tipis saja. Waktu 40 menit,” jelas Mas Bimo setelah para tamu duduk di tikar yang digelar di dekat patung dan bonsai depan rumahnya.
Setelah selesai, tas yang sudah dilukis itu boleh dibawa pulang. Agar benar-benar kering, tas dijemur dulu. Ditunggu dengan foto-foto atau ngobrol dengan Mas Bimo.

Di Desa Wisata Kalurahan Pulutan (Dewi Kapulut) lain lagi. Desa wisata yang berada di Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul ini menawarkan atraksi melukis juga. Bahkan dua media untuk melukis disediakan bagi para tamu. Melukis di atas batu atau di atas kayu.
”Kalau melukis di atas batu, ini sama dengan di Desa Wisata Tinalah, Kulonprogo. Dan sepertinya sudah menjadi ciri khas Dewi Tinalah. Media kayu lebih menarik untuk atraksi di Dewi Kapulut,” saran Ketua Badan Promosi Pariwisata DIY GKR Bendara.
Kegiatan melukis di Dewi Kapulut dilakukan di Jon’s Art Gallery. @jons_saya Sanggar atau galeri milik F Sarjono. Wisatawan yang datang diajak dulu melihat karya-karya Sarjono. Studio untuk memajang karya ini terbuka. Ada di bagian depan rumah Sarjono. Salah satu karya Sarjono pernah dijadikan suvenir untuk Mas Menteri Sandiaga Uno.
Sejumlah karya pesanan maupun karya untuk pajangan bisa dinikmati. Ada lukisan Bung Karno, Gus Dur dan Sinta Nuriyah, Paus, Bunda Teresa dan lain-lain. Ada pula gambar-gambar wayang. Ada yang di kayu bekas jendela, di atas batu, maupun kayu baru yang dirangkai menjadi kanvas.

Puas menikmati karya Sarjono, tamu diajak masuk ke rumah. Disediakan tikar dan media lukis kayu maupun batu. Tamu diminta memilih. Kemudian disediakan cat akrilik. Sama seperti di Desa Wisata Srimulyo, tamu juga bebas berkarya.
”Saya gambar Semar saja karena kayunya ini sudah membentuk figur Semar,” kata Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY Bobby Ardyanto begitu mendapat media kayu lawas yang artistik.
Selesai melukis, karya juga bisa langsung dibawa pulang. Dengan akrilik berbasis air, karya cepat kering. Karya lukisan di atas kayu maupun batu ini, jika ingin lebih awet, sebaiknya disemprot lapisan klir.
Di Dewi Kapulut, atraksi corat-coret berlanjut di lokasi berikutnya. Yakni galeri barang lawasan (antik). Galeri Donni Java Creative. Di tempat ini, para wisatawan bisa melihat-lihat berbagai barang antik yang didapat dari sejumlah tempat di Indonesia.
”Ini bekas bantalan rel kereta. Yang ini kayu dari jembatan Tuban yang runtuh,” papar Donni sembari menunjuk kayu-kayu yang dipajang rapi di galerinya.
Usai puas melihat-lihat, para tamu kemudian diberi kayu lawasan. Kayu ini sudah dilengkapi dengan tali untuk menggantung. Kayu-kayu tersebut menjadi media untuk ditulisi. Jadi bukan dilukisi.

Lagi-lagi, wisatawan diberi kebebasan berkreasi. Saya memilih menulis Ndalem Widyartan. Sebutan untuk rumah saya. Ketua GIPI Bobby Ardyanto menulis Dewi Kapulut Bikin Kepincut. Dosen Universitas BSI Annie Wijayanti menuliskan kata-kata motivasi: Orang Sukses itu Berproses. Sedangkan Ketua Forkom Desa Wisata/Kampung Wisata DIY Tri Harjono menulis kalimat bijak Jawa: Sapa Salah Seleh.
Selain di Desa Wisata Srimulyo (Bantul), Desa Wisata Kalurahan Pulutan (Gunungkidul), Desa Wisata Tinalah (Kulonprogo) masih banyak desa wisata/kampung wisata di DIY yang menawarkan atraksi melukis. Di Segajih, Hargotirto, Kulonprogo, atraksi melukis dilakukan di atas kanvas.
”Pernah ada tamu sekeluarga dari Jakarta. Menginap di Segajih hanya untuk mengajari anaknya mengenal cara melukis di atas kanvas. Setelah itu ya kembali ke Jakarta, ” cerita Ali Subkhan, Ketua Desa Wisata Segajih yang alumnus Seni Rupa IKIP Yogyakarta.
Jadi, mau healing melepas stres dengan melukis? Ke desa wisata saja!
Mau cerita seru desa wisata di DIY lainnya? Ikuti terus kabar malioboro dot com.