Namanya Tjondrogeni. Nama lain dari Merapi. Menurut Wenie Marwati, pemilik resto, Tjondrogeni adalah nama asli dari Gunung Merapi. Merujuk pada Serat Pustaka Raja Purwa karya R.Ng. Ranggawarsita.
Di Resto Tjondrogeni, tentu, bukan hanya view Merapi daya tarik utamanya. Namanya saja resto, tempat makan. Maka daya tarik lebih ke menu yang disajikannya. Apa saja?
Mulai dari sop matahari, thengkleng Solo, nasi penak buntil, jadah tempe bacem, dan – ini dia – kopi asli Manggarai, Nusa Tenggara Timur, lengkap dengan baristanya. Ini atraksi tersendiri yang bisa dinikmati.
Terkait muasal kopi, suami Wenie memang berasal dari Manggarai. Ia pecinta kopi yang baik. Pernah mempromosikan kopinya hingga ke Spanyol. Dengan mencecap secangkir kopi Manggarai plus beraneka penganan nendang lainnya, tak berlebihan untuk mengatakan: Tjondrogeni telah menjadi destinasi wisata kuliner baru di Jogja yang layak dikunjungi.

Berasal dari dua kata: Tjondro yang bermakna bulan dan Geni bermakna api. Tjondrogeni hakikatnya menunjuk pada semangat kuat untuk menggapai rembulan, yang antara lain diwujudkan lewat upaya nguri-uri kabudayan, menumbuhkembangkan kebudayaan. Tidak terkecuali melalui resep masakan dan usaha kulineran.
Bulan merupakan simbol dari keindahan dan impian. Sedangkan geni merupakan simbol lompatan peradaban. Dari olah seni masakan oleh manusia pertama – yang menemukan api tanpa melalui fase memasak – ke zaman modern di mana mengolah masakan kini membutuhkan api.
”Kami optimistis, Tjondrogeni dapat menjadi destinasi kuliner unggulan dengan sajian ’3 in 1’: hidangan tradisional Nusantara, panorama indah dengan view Merapi, dan layanan ramah dalam bingkai hospitality,” papar Wenie Marwati.
Ibu dua anak ini menambahkan: Tjondrogeni terus memoles diri untuk menjadi venue reunian, bahkan resepsi mantenan. ”Monggoo, yang mau kumpul-kumpul bersama teman SMA, rekan kerja atau siapa pun bias ke Tjondrogeni. Tempat kami muat hingga 150 orang,” tambah Wenie.

Instagramable
Wenie sangat beruntung, sekaligus tertantang. Baru buka dua hari, Resto Tjondrogeni langsung kerawuhan tamu VVIP dalam jumlah besar. Presiden ke-6 RI beserta rombongannya, makan siang di sini, Senin siang (20/3).
”Sempat agak keteteran. Tapi alhamdulillah, testimoni Pak SBY, Mas AHY, dan tamu lainnya sangat positif,” kata alumni Departemen Ilmu Komunikasi, Fisipol UGM, sumringah.
Selain memuji aneka masakan tradisional yang disajikan, rombongan umumnya juga terpikat oleh view Tjondrogeni yang menawan. Instagramable. Bisa berlatar Merapi. Bisa panorama sawah. Atau sungai kecil dengan air jernihnya.
Resto ini terletak di belahan utara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tepatnya di Jalan Raya Ngebo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman. Tjondrogeni memang berlokasi di kawasan yang memiliki panorama nan elok. Ditambah udara sejuk dan suasana asri yang terbangun lewat hijaunya area persawahan, menjadikan resto dengan halaman luas ini serasa menyatu dengan alam.
Wenie Marwati menuturkan, Tjondrogeni mengusung konsep rumah makan tradisional berbentuk bangunan joglo, lengkap dengan tatanan meja-kursi yang terbuat dari kayu. Berdiri di atas lahan seluas 11.000 m2, Tjondrogeni dilengkapi dengan beragam fasilitas yang menunjang kenyamanan tamu. Mulai dari area parkir yang luas, musala, toilet plus area resto berkapasitas 150-an tamu. (*)
Alhamdulillah, ada yg baru lagi di Jogja. Ini pasti Keren krn menawarkan sajian “3 in 1”, konsep yg cocok untk Jogja yg memang daya tarik nya hrs diperkuat di sisi REUNIan.. krn Jogja memang terbuat dari kenangan dan rindu.. Selamat dan Sukses ya TJONDROGENI.. 👍♥️😍🌺🌿☕️