Dari hari ke hari, kunjungan tamu dari luar daerah yang ingin belajar soal kerukunan, toleransi dan moderasi beragama ke DIY terus bertambah. Tamu tersebut adalah Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) dari sejumlah wilayah di Indonesia yang melakukan studi tiru ke FKUB DIY. Maupun ke FKUB di Kabupaten/Kota di DIY.
“Namun, setiap tamu datang dan kami terima di Kantor Badan Kesbangpol DIY, selanjutnya kami bingung mau diajak ke mana mereka itu? “ urai Hasyim Abdulrahman, Senin (19/2).
Hasyim menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara pada workshop dengan tema “Menggali Potensi DIY untuk Dipromosikan sebagai Pelopor Pengembangan Kemampuan Kejiwaan Penggerak Kerukunan dan Moderasi Beragama di Indonesia melalui Pariwisata.”
Workshop difasilitasi Badang Kesbangpol DIY. Menghadirkan narasumber Hasyim Abdulrahman (FKUB DIY), KRT Kintoko S (Kraton Yogyakarta), Lies Dwi Rahmawati (Sekdinpar DIY) dan Masmin Afif (Kepala Kemenag DIY). Workshop diikuti sejumlah perwakilan FKUB kabupaten/kota, TWC Prambanan, Borobudur, DPD GIPI DIY dan perwakilan Desa Kerukunan serta Kampung Moderasi Beragama.

Mewakili FKUB, Hasyim menguraikan sejumlah nilai yang ada di Yogyakarta, beserta budaya dan kulinernya adalah potensi yang bisa mendukung kegiatan studi tiru atau studi banding itu. Pria asal Bau-Bau, Buton tersebut juga mengungkap kekayaan nilai yang ada di Kraton Yogya dibanding nilai-nilai kehidupan yang ada di wilayah lain.
”Di sini jauh lebih banyak, ” urainya saat memaparkan Potensi DIY sebagai Tempat Ngangsu Kawruh bagi Penggerak Kerukunan dan Moderasi Beragama Berbasis Kearifan Lokal. Oleh karena itu, diharapkan dengan workshop ini FKUB bisa mendapat masukan agar memiliki paket wisata kerukunan dan moderasi beragama tersebut
KRT Kintoko Sri Sudarmo, Carik Kawedanan Hageng Panitrapura Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menyampaikan adanya sekolah untuk mempelajari nilai-nilai Jawa. Dikatakan, mereka yang ingin menjadi pamong, harus mengikuti Pawiyatan.
Tujuan Pawiyatan ini adalah membentuk sikap mental dan meningkatkan kompetensi dasar kepamongan, dengan menghayati ciri ke-Yogyakartaan yang bersumber dari Kraton dan Kadipaten Pakualaman. Dalam pawiyatan ini diajarkan nilai-nilai seperti hamemayu hayuning bawana, sangkan paraning dumadi, memasuh malaning bumi dan sebagainya.
Sedangkan Kepala Kemenag Dr KH Masmin Afif menguraikan desa kerukunan (DK) dan kampung moderasi beragama (KMB) yang ada di DIY. Desa-desa ini potensial menjadi lokasi kunjungan/studi banding FKUB dari berbagai daerah di Indonesia.
Kampung moderasi beragama di DIY di antaranya Kalurahan Hargomulya (Gunungkidul), Kalurahan Ngawen (Gunungkidul), Pundong (Bantul), Plumbon, Banguntapan (Bantul), Giripeni, Wates (Kulonprogo), Kedungsari, Pengasih (Kulonprogo) dan lain-lain. Selain itu ada pula Desa Kerukunan. Di antaranya Panggungharjo (Bantul), dan Jatimulyo, Girimulyo (Kulonprogo).

Saat diminta memberikan masukan, perwakilan GIPI DIY menyampaikan beberapa hal. Pertama potensi kerukunan, toleransi dan moderasi beragama sangat menarik untuk menjadi daya tarik kunjungan tamu/wisatawan. Apalagi pangsa pasarnya sudah jelas seperti disampaikan oleh Hasyim Abdulrahman dari FKUB.
“Sebagai perwakilan industri pariwisata, GIPI DIY siap untuk berkolaborasi dan bersinergi mengembangkan pasar wisata berbasis tema kerukunan dan moderasi beragama ini, “ tegas Wakil Ketua GIPI DIY Erwan Widyarto.
Ditambahkannya, pihak FKUB tidak perlu menjadi travel agent yang membuat paket dan menjual potensi yang ada. “Itu tugas temen-temen dari Asita atau Astindo. Merekalah yang bisa menyusun paket dengan menarik, “ tambah Erwan.
FKUB dan Kemenag, lanjutnya, sebaiknya menyiapkan potensi yang ada (desa-desa kerukunan, DMB, maupun tempat-tempat yang potensial lainnya). Asal, kesiapan desa-desa kerukunan dan desa moderasi beragama binaan Kemenag dan FKUB tersebut benar-benar sesuai dengan standar industri, maka akan mudah untuk menjualnya. Paket bertema kerukunan pun akan tersedia.***