YOGYA – Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) tidak bisa hanya mengandalkan IPTEK. IPTEK adalah produk manusia, sedangkan degradasi dan bencana lingkungan juga dominan akibat ulah manusia (antropogenik). Untuk itu perlu sentuhan fundamental guna menyadarkan dan menuntun manusia dalam mengembangkan dan menerapkan IPTEK lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif sekaligus berkontribusi positif bagi pencapaian SDGs.
“Aspek paling fundamental yang dimiliki manusia adalah agama dan budaya. Dengan demikian pendekatan ekospritiualisme dan ekomultikulturalisme layak diperhatiakan penerapannya. Islam dan semua agama memiliki konsep aplikatif dalam melestarikan lingkungan dan menjalankan pembangunan. Semua budaya di Nusantara juga memiliki nilai-nilai yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, ” tegas Prof Dr Ing Ir Widodo Brontowiyono, MSc.

Widodo Brontowiyono menegaskan hal tersebut saat menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar untuk bidang Ilmu Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (UII). Pidato pengukuhan berlangsung di Auditorium KH Abdul Kahar Muzakir, Kampus Terpadu UII, Jumat (19/5). Widodo menyampaikan pidato pengukuhan bersama dengan Prof Dr Ir Sugini MT.
Menurut Widodo, pendekatan ekospiritualisme dan ekomultikulturalisme selain menambah khasanah keilmuan aplikatif, juga diharapkan dapat menjadi bahan akademik bagi pengambil kebijakan. Strategi aktualisasi IPTEK Lingkungan tidak akan berjalan optimal jika tidak dilakukan upaya praktis dan sistematis.
“Semua sektor dan semua pihak mesti terlibat berkontribusi, baik sendiri maupun sinergi. Beberapa rekomendasi dapat menjadi bahan pertimbangan sebagai langkah praktis dalam mengaktualisasikan konservasi Lingkungan dengan pendekatan ekospiritualisme dan ekomultikulturalisme. Antara lain adalah terpadu dan berjamaah, dukungan kebijakan dan kepemimpinan, insentif dan disinsentif, membumikan hasil riset IPTEK Lingkungan serta implementasi gerakan dan dakwah ekospiritulisme dan ekomultikulturalisme,” papar Ketua Bidang Lingkungan Hidup dan Kesehatan Masyarakat ICMI DIY ini.
Ditegaskannya, Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Konsekuensi dan kewajibannya adalah mengaktualisasikan prinsip rahmatan lil ‘alamin sekaligus menggerakkan upaya-upaya menciptakan pembangunan berkelanjutan melalui pencapaian SDGs. UII sebagai kampus Islam senior di negeri ini memiliki tanggungjawab moral berada di garda terdepan memberikan teladan penerapan.

Peraih Doktor bidang Environmental and Water Resources Engineering dari Karlsruhe Institute of Technology (KIT), Jerman lantas menguraikan beberapa ide praktis yang dapat dipertimbangkan untuk diterapkan. Misalnya sivitas akademika yang menggunakan transportasi rendah emisi diapresiasi secara khusus. Kemudian, dilakukan penguatan program sinergi kampus-kampung untuk mengembangkan peran bersama antara kampus dan kampung dalam pengelolaan sampah dan lingkungan pada umumnya.
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII tahun 201-2018 ini juga menegaskan perlunya penguatan penerapan green building, ekoefisiensi dan energi ramah lingkungan; pengembangan fasilitas pemanenan air hujan, daur ulang air limbah; dan penguatan penggunaan botol air minum mandiri.
“Juga maksimalisasi konsumsi makanan tanpa box, tidak menyediakan konsumsi khusus hari Senin dan Kamis untuk mengurangi sampah makanan sekaligus sebagai gerakan puasa Senin Kamis; pelaksanaan pengajian atau ceramah tematik bertema lingkungan dan budaya, serta pendidikan dan pelatihan bagi dai terkait materi ekospiritualisme dan multikulturalisme,” tandas Widodo.
Penyampaian pidato pengukuhan guru besar ini dihadiri oleh sejawat Widodo baik dari UII maupun para pengurus ICMI Orwil DIY. *