Ada yang berbeda di Sri Manganti Restaurant yang berada di Hotel Grand Keisha Yogya, Kamis (25/3). Alunan lagu-lagu nasyid yang dibawakan oleh Deni Aden dari Pondok Nasyid Yogya terus menggema di restoran lantai dasar hotel bintang empat tersebut.
Kemudian, puluhan tamu, kebanyakan mengenakan busana muslim tampak memadati tempat duduk yang disediakan. Ada yang berkelompok, ada pula yang sendiri-sendiri.
Seakan berada pada suasana Ramadan. Menunggu saat buat puasa.
Ya, begitulah suasana yang terasa pada acara Food Fashion Passion. Acara yang menggabungkan “atraksi kuliner” dengan peragaan busana. Atraksi kuliner dari Hotel Grand Keisha Yogya, peragaan busana dari Yunet Batik Eksklusif.
Food Fashion Passion merupakan momen dari hotel milik pengusaha asal Pekalongan ini me-launching menu buka puasa.
Berbagai menu yang khusus dinikmati saat bulan Ramadan, ditampilkan di hadapan para tamu. Masakan tersebut dibawa oleh para “peragawan peragawati” dari hotel yang ada di Jalan Affandi, Yogya ini. Ada Tempe Kemul, Ikan Cakalang, Pepes Bambu, Mi Pangsit, dan Es Gosrok.
Selain diperagakan oleh karyawan hotel, menu-menu tersebut juga disediakan di meja buffet di restoran tersebut. Bahkan untuk Es Gosrok, diperlihatkan cara pembuatannya di tempat itu.

“Ide, yang selama pandemi tahun lalu kita simpan, akhirnya dengan senang hati kami bagikan di bulan Ramadan nanti. Para tamu bisa menikmati berbagai macam hidangan spesial dari Hotel Grand Keisha Yogyakarta,” ungkap Head of Department Hotel Grand Keisha, Didik Priyo Dwi Kuncoro.
Chef Slamet yang mendampingi Didik lantas mempromosikan keunggulan menu spesial Ramadannya. “Mi Pangsit di tempat kami ini, bahannya sangat spesial dan beda dari tempat lain. Begitu pula pepes bambunya. Dibuat dengan bambu sehingga ada aroma dan rasa tersendiri,” ujar Chef Slamet.

Director of Sales and Marketing Hotel Grand Keisha Rani Puspandari menginformasikan paket menu di bulan Ramadan ini bisa didapatkan dengan harga spesial saat launching. Paket all you can eat menu spesial Ramadan ala Hotel Grand Keisha ini dibandrol dengan harga Rp125.000 per pax. Tapi, saat peluncuran, ditawarkan hanya Rp 85 ribu per pax.
Selain disuguhi peragaan menu, para tamu yang memenuhi tempat duduk hingga di smoking room area, juga disuguhi peragaan busana. Sepuluh baju rancangan Yunet Sri Wahyuni, dibawakan oleh 10 peragawati. Mereka memanfaatkan sela-sela kursi dan meja tamu untuk berlenggak-lenggok.
Motif batik Yunet ini sangat khas. Biasanya dibuat langsung tanpa pola di kain. Perajin batiknya langsung mengoleskan lilin (malam) batik ke kain dengan kuas atau canting. Tanpa menggunakan pola yang digambar dengan pensil. Motif-motifnya, jika dibuat seragam, menjadi unik. Tidak ada yang sama.
Tak pelak, batik Yunet sering menjadi jujugan kelompok atau kantor yang ingin membuat seragam tetapi tidak kelihatan seragam. Warna dan pola batik bisa sama, tetapi saat menjadi pakaian, bisa berbeda. Itu pula yang nampak dari seragam yang dikenakan karyawan Hotel Grand Keisha.
Acara Food Fashion Passion, tetap digelar. Kendati, di tempat lain, sekira 10 kilometer dari hotel, berlangsung pemakaman ibunda sang General Manager Hotel, Ibnu Novel Hafidz, yang wafat pagi harinya.
Acara pun bisa dinilai sukses. Karena, menurut informasi yang berhasil dihimpun, pesanan paket buka puasa hingga 10 hari pertama Ramadan tinggal beberapa seat. Dan, baju-baju yang diperagakan saat itupun banyak yang laku.
“Alhamdulillah ada tujuh yang sudah laku,” ujar Yunet usai peragaan. Yunet yang baru berbahagia atas kelahiran cucu pertamanya berharap kegiatan ini menjadi sarana untuk bangkitnya fashion batik Yogya setelah setahun pandemi. (*)