KULONPROGO – Dilihat dari prestasi dalam ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia), Kulonprogo memiliki desa wisata yang luar biasa. Namun, prestasi tersebut harus ditunjukkan dalam praktik nyata bahwa desa wisata pemenang ADWI harus mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke wilayah ini. Apalagi, Kulonprogo saat ini merupakan pintu gerbang Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Kabupaten Kulonprogo berhasil meraih penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) untuk keempat kalinya berturut-turut atau quatrik sejak 2021 hingga 2024. Ini prestasi yang luar biasa. Menunjukkan bahwa desa wisata menjadi kekuatan Kulonprogo dalam mengembangkan pariwisata,“ ujar Bobby Ardyanto Setya Aji, Kamis (17/4/25).
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY ini menyampaikan hal tersebut saat melakukan audiensi dengan Bupati Kulonprogo Agung Setyawan. Hadir dalam audiensi ini sejumlah pengurus DPD GIPI DIY dan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY GKR Bendara. Bupati ditemani Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kulonprogo Joko Mursito dan sejumlah staf.
Prestasi juara ADWI ini pertama diraih oleh Desa Wisata Tinalah di Purwoharjo, Samigaluh pada 2021. Tahun berikutnya diraih Desa Wisata Widosari di Ngargosari, Samigaluh. Penghargaan ADWI 2023 jatuh kepada Desa Wisata Hargotirto di Hargotirto, Kokap. Dan tahun 2024 penghargaan ADWI diraih oleh Desa Wisata Jatimulyo, Girimulyo.
Yang menarik, menurut Bobby, sejumlah desa wisata di Kulonprogo memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh tempat lain. Hal ini dibuktikan oleh GIPI saat menggelar famtrip bertema wellness tourism, beberapa waktu lalu. Famtrip yang merangkai sejumlah destinasi berbasis desa wisata se-DIY ini mengambil dua desa wisata di Kulonprogo menjadi awal paket.
Video famtrip yang menunjukkan peserta menikmati dua desa wisata di Kulonprogo ditampilkan saat Bobby dan para Wakil Ketua GIPI menyampaikan paparan.

“Para peserta dari kalangan travel agent sangat tertarik dengan potensi wellness di Desa Wisata Widosari maupun Desa Wisata Sidorejo. Di Widosari, peserta menikmati menu makan di tengah sawah yang mindfulness dan yoga di Puncak Widosari. Kemudian peserta juga terpesona dengan hitungan Jawa Pawukon di desa wisata Sidorejo, “ lanjut Bobby.
Namun Bobby mengingatkan agar potensi-potensi seperti ini didukung oleh kualitas sumberdaya pengelola desa wisata yang berkualitas dan memenuhi standar industri. Otentisitas yang dimiliki harus didukung standar layanan yang memenuhi harapan wisatawan. Sehingga wisatawan yang hadir ke Kulonprogo tidak cukup jika hanya satu hari.
“Untuk wilayah Kulonprogo bagian utara saja, tidak bisa dinikmati hanya dalam satu hari. Paket 3 hari 2 malam barangkali bisa dibuat untuk memperpanjang lama tinggal wisatawan, jika kita perkuat dengan keunikan yang dimiliki desa-desa wisata tersebut,“ tambah Wakil Ketua GIPI DIY Edwin H Kusuma.
Dengan pengalaman pendampingan desa wisata, GIPI DIY pun menegaskan siap bekerjasama meningkatkan kualitas sumberdaya pengelola desa wisata di Kulonprogo menuju quality and responsible tourism. Dengan pendekatan 8 bidang pendampingan, plus tambahan bidang pengelolaan lingkungan dan mental kewirausahaan, GIPI ingin menekankan perlunya kesiapan desa wisata menjadi daya tarik wisata yang semakin berkualitas. Sejalan dengan program unggulan Kemenpar RI.
Sedangkan Gusti Bendara selaku Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah menegaskan upayanya utuk membangun kerjasama dengan seluruh badan promosi termasuk Badan Promosi Pariwisata Kulonprogo. Harapannya agar badan promosi ini memiliki visi yang sama dengan badan promosi yang tingkat DIY. Gusti Bendara juga mengundang kehadiran Bupati dan Kepala Dinas Pariwisata Kulonprogo pada Syawalan Bersama BPPD dan GIPI DIY pada 23 April 2025.
Pada bagian lain Gusti Bendara membagikan oleh-oleh dari forum Joint Commission Meeting untuk Komisi UN Tourism untuk Asia Timur dan Pasifik (CAP) dan Komisi UN Tourism untuk Asia Selatan (CSA) di Jakarta, 15-16 April 2025. Disampaikannya untuk FDI (Foreign Direct Investment) bidang pariwisata ada peluang masuknya investor untuk Borobudur Highland.
Kulonprogo sebagai kawasan penyangga Borobudur berpeluang untuk bisa menarik investasi ini. “Mungkin bisa dipikirkan penataan kawasan Kulonprogo Utara menjadi wilayah untuk Luxury Tourism dengan pangsa pasar A+B. Dengan jumlah wisatawan sedikit tapi perputaran ekonomi tinggi. Kulonprogo saya kira memiliki kesempatan ini, “ urai Gusti Bendara.
Putri bungsu Sultan Hamengku Buwono X ini menambahkan, dengan mendorong pariwisata yang sustainable dan eco-friendly, potensi yang dimiliki Kulonprogo sangat mungkin dikembangkan. Berkaitan dengan potensi wellness tourism, misalnya, bisa diupayakan investor Spa Luxury di Kulonprogo. Atau bahkan medical luxury.
Masih berkaitan dengan Borobudur, Gusti Bendara menyampaikan informasi bahwa ada event di bulan Mei yang bisa disambut oleh Kulonprogo, yaitu Waisak. “Menurut Hengky, salah satu panitia Waisak, kegiatan yang berpusat di Borobudur ini akan mendatangkan 12 ribu orang ke Borobudur. Sangat mungkin, dari sekian banyak orang ini ada yang bisa ditarik ke Kulonprogo, “ tambah Gusti Bendara.
Yang dimaksud Henky oleh Gusti Bendara adalah Henky Sampatti Huang, pemilik QHomeMart.
Selain event Waisak, Gusti Bendara juga menyampikan event Keroncong Plesiran. Kegiatan yang masuk Kharisma Event Nusantara (KEN) akan digelar di Desa Wisata Tinalah. Ditargetkan 2.200 pengunjung menghadiri acara ini. Hanya kendalanya, akses ke Tinalah ini agak merepotkan karena jalan masuk yang sempit.
Mendengar paparan GIPI dan Gusti Bendara ini, Bupati Kulonprogo Agung Setyawan langsung merespons. Untuk kerjasama meningkatkan kualitas SDM desa wisata maupun program lainnya, Agung meminta Kepala Dinas Pariwisata untuk menindaklanjuti. Bupati lantas meminta paparan yang telah disampaikan GIPI.
“Untuk yang Waisak, Kulonprogo punya komunitas Buddha yang masih otentik di daerah Jatimulyo, Girimulyo. Saya kira ini bisa menjadi daya tarik. Kami minta kontaknya Pak Henky saja agar bisa segera ditindaklanjuti, “ sahut Bupati Kulonprogo penuh semangat.
Sedangkan untuk event “Keroncong Plesiran“ di Tinalah, Agung Setyawan mengatakan bahwa akses ke destinasi wisata memang masih menjadi kendala utama di sejumlah kawasan di Kulonprogo. Tidak hanya di Tinalah, di wilayah Kulonprogo utara lainnya pun demikian. Karena itulah Agung bercerita pihaknya sedang berkoordinasi dengan Dinas PU DIY dan Pusat untuk meminta tambahan anggaran pembangunan infrastruktur jalan ini. Terutama untuk akses ke destinasi pariwisata.
Begitu pula untuk investasi lain termasuk untuk membangun luxury tourism. Agung bercerita dalam salah satu kesempatan, ia bertemu dengan Gubernur DIY dan Direktur Bank BPD DIY. Mereka berbincang tentang kemungkinan dibangunnya lapangan golf di Kulonprogo. “Kalau di Kulonprogo, misalnya di sekitar bandara YIA ada lapangan golf, Ngarsa Dalem bisa berangkat tiga jam lebih awal kalau mau naik pesawat,“ cerita Agung mengutip obrolan Santosa, Direktur Bank BPD DIY.
Agung melanjutkan ceritanya. Dia sangat ingin ada fasilitas semacam lapangan golf itu. Atau setidaknya driving range. “Tapi, ternyata untuk satu hole saja, beayanya bisa sampai 2,5 miliar. Hitung saja jika untuk sekian hole yang akan dibangun. Lagian, juga perlu lahan yang layak untuk olahraga jenis ini,“ katanya. (wan)