”Saya sempat kaget, wong bedaya kok difestivalkan,” ujar GKR Mangkubumi mengawali sambutannya. Putri mbarep Sultan Hamengku Buwono X ini menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan pembukaan Festival Bedhayan 2023, Minggu (14/5/23) di Ohmmstay Kalasan, Jogja.
Mangkubumi kemudian melanjutkan, kekagetannya hilang setelah mendapat penjelasan bahwa yang difestivalkan adalah ”bedhaya-bedhayaan”.
”Oo ya sudah kalau seperti itu. Yang jelas, ibu-ibu dan komunitas kita ajak menari bersama. Dalam artian berkreasi dan terus berkarya untuk mengenalkan tarian klasik. Dan mudah-mudahan di Festival yang ketiga ini bisa terus berkembang dan menginspirasi kita semua untuk belajar bersama tari klasik, ” tegas GKR Mangkubumi.

Festival Bedhayan 2023 ini diikuti 12 kelompok penari dan berasal dari sejumlah kota. Juga diikuuti oleh usia yang beragam. Ada penari dari Grup Swargaloka (Jakarta), Jaya Suprana Performance Art (Semarang), Ary Suta Center (ASC) Dance Academy (Jakarta), Mitra Tari Hadiprana (Madiun), Ohmm Adyasa Abirupa (Jogja), Jurusan Tari ISI Yogya, Sekar Putri, Purwakanthi, Guntur Mataram, Hayuwerdhi, Komunitas Perempuan Menari, dan Wulangreh Omah Budaya.
Salah satu grup, ASC Dance Academy menampilkan semangat menari itu membebaskan, tidak memandang perbedaan usia. Karena penarinya terdiri dari rentang usia 52 tahun. Termuda 14 tahun paling senior 66 tahun. Kelompok ini dilatih oleh Dewi Sulastri, maestro tari Jawa yang mendirikan Sanggar Swargaloka bersama Suryandoro. The Ary Suta Center Dance Academy membawakan tarian Bedhayan Ajanggayung.

”Tarian ini adalah sebuah kidung perkawinan, mantra penyatuan rasa untuk kebahagaiaan kehidupan perkawinan. Tarian ini menggambarkan bahwa dalam kehidupan perkawinan seorang pria dan wanita harus saling berbagi suka dan duka, ” ungkap Oetari Noor Permadi, salah satu penari ASC Dance Academy.
Festival Bedhayan 2023 dihadiri sejumlah tokoh dan penikmat tari. Selain GKR Mangkubumi yang membuka acara, hadir pula GKR Wandansari Koes Moertiyah. Putri dari pasangan Sri Susuhunan Pakubuwana XII dengan Kanjeng Raden Ayu Pradapaningrum. Kemudian Jaya Suprana, Didik Nini Thowok, Tidak hanya semarak dengan penampilan tari bedhaya dari berbagai sanggar, Festival Bedhayan 2023 juga diisi lokakarya oleh pemateri dari akademisi seni tari. Di antaranya Wahyu Santosa Prabowo, S.Kar., M.S. dan Dr Theresia Suharti, S.S.T., M.S. Mereka berbagi ilmu,, filosofi dan irama dari tari bedhaya.

Di awal acara, Jaya Suprana menegaskan bahwa Festival Bedhayan ini merupakan arena demokratisasi tari. Dari, oleh dan untuk rakyat. Siapa pun bisa menari. Bisa belajar menari. Untuk kemudian bisa ikut melestarikan dan mengembangkan tari klasik. (*)