Fashion Show Istimewa, Tutup Peringatan Sewindu UUK

Kepatihan


Ada sejumlah hal “istimewa” dalam acara penutupan Peringatan Sewindu Undang-Undang Keistimewaan (UUK) DIY, Rabu sore (30/9). Acara yang digelar di Komplek Grhatama Pustaka atau Kantor Dinas Perpustakaan dan Arsip DIY ini terlihat sangat sederhana. Padahal isian acaranya cukup gemebyar, di antaranya fashion show pakaian batik dan motif batik.

Tidak seperti biasanya, fashion show sore itu digelar di tempat terbuka. Di halaman yang biasa dipakai upacara bendera atau tempat parkir. Sejumlah kursi untuk para tamu ditata berjarak. Mengikuti protokol kesehatan. Tak ada lampu sorot yang menerangi model.

Penanda bahwa di tempat tersebut ada fashion show hanyalah karpet merah dengan warna tidak lagi cerah. Karpet yang juga dipasang mendadak. Karena saat gladi bersih sebelumnya, karpet tersebut belum tersedia.

Soundsystem pengiring fashion show juga sangat sederhana. Bahkan terasa mengganggu sudut pengambilan gambar para model. Kedua speaker tegak itu diletakkan di kiri dan kanan panggung, tempat para model berhenti memeragakan pakaiannya. Sehingga saat mengambil gambar di momen itu, tampak speaker menjadi latar belakang model.

Para model yang tampil juga bukan sembarang model. Mereka adalah para perempuan Kepala Dinas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di antaranya Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk DIY Erlina Hidayati, Kepala Dinas Sosial DIY Endang Patmintarsih, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Syam Arjayanti dan Kepala Badan Kepegawaian Daerah DIY Armin Purwani.


Para pejabat pemerintahan DIY ini didampingi para model dari desainer Yunet Wahyuningsih. Ada sepuluh busana yang dibawakan oleh 10 model. Semuanya rancangan pemilik butik Yunet Exclusive Batik, Bantul ini.

Di kursi penonton terlihat GKR Mangkubumi, Ketua Panitia Peringatan Sewindu UUK Tazbir Abdullah, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Monika Nur Listiyani, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sri Nurkyatsiwi dan sejumlah tamu undangan serta seniman peserta pameran seni rupa dan patung di acara ini.

Mengenai rancangan busana yang diperagakan, Yunet menegaskan. “Delapan dari 10 desain baju itu saya kerjakan hanya dalam satu minggu. Karena saya diinformasikan hanya satu minggu sebelumnya acara ini oleh pihak penyelenggara. Dua busana lainnya merupakan koleksi lama,” urai perempuan yang juga pengurus Perhimpunan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) DIY ini.

Agar ada yang istimewa, Yunet mengusulkan sebagai model atau orang yang memeragakan pakaiannya adalah para Srikandi Mataram. Yakni perempuan yang menduduki jabatan di pemerintahan DIY. Dan jadilah, para perempuan pejabat tersebut melenggang di atas catwalk.

Yunet menjelaskan konsep desain yang dia angkat dalam fashion show kali ini. “Motif sogan klasik, lebih banyak ke bentuk aliran sungai dan akar karena itu simbol kehidupan kita sehari-hari. Sengaja kita angkat batik sogan klasik bercampur gaya kontemporer. Saya ingin menampilkan ibu-ibu yang tidak muda lagi itu tetap dengan semangat milenial,” urainya.

Ciri khas Yunet Batik sangat terlihat. Selain dari motif, corak dan warnanya, model rancangan busananya juga beda. “Yang sudah tahu, hafal benar kalau hampir 99 persen dari desain baju karya saya adalah busana batik yang limited edition. Saya bikin hanya satu model saja, enggak ada yang sama,” ungkapnya.

Yunet berhasil menampilkan ibu-ibu pejabat tersebut menjadi lebih milenial. Kelihatan beda. Banyak yang pangling dengan wajah para peragawati dadakan itu. Hal tersebut diakui oleh salah satu kepala dinas.

“Banyak yang pangling. Tidak mengenali saya. Tapi, keringat dingin keluar semua nih,” seloroh Erlina Hidayati Sumadi di belakang panggung, usai memeragakan baju rancangan Yunet. Kendati semuanya dengan persiapan yang mepet. “Tapi, alhamdulillah semuanya bisa berjalan dengan baik,” lanjutnya.

Erlina tidak hanya tampil saat fashion show. Karenanya, begitu usai beraksi, ia segera ganti baju. Tampil sebagai pejabat. Di acara selanjutnya, sebagai Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk DIY, ia melaunching buku Panduan Pola Asuh Balita Berbasis Tradisi Jawa.

Rangkaian acara lainnya adalah Sosialisasi Batik Nitik oleh Komunitas Batik Sekar Jagad. Sosialisasi dilakukan dengan menjelaskan aneka motif yang dibuat dari canting kotak ini. Saat penjelasan diberikan, seorang ibu berlenggak-lenggok membawa kain sesuai motif yang disampaikan.

Pada acara terakhir, Barahmus DIY menyerahkan Buku ‘Profil dan Unggulan Museum DIY’ kepada  GKR. Mangkubumi. Sebagai penanda kolaborasi acara Peringatan 9 Tahun UUK DIY dan 50 Tahun Emas Barahmus DIY pada Tahun 2021 mendatang, yaitu: Wisata Museum Keistimewaan DIY. “Semoga 9 agenda Festival Museu Yogyakarta  Tahun 2021  dapat terlaksana dengan lancar dan sukses, ” harap Ketua Barahmus DIY Ki Bambang Widodo.(wan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *