Kabar Malioboro – Destinasi dan Usaha Jasa Pariwisata (UJP) di Daerah Istimewa Yogyakarta semakin siap menerima tamu dengan menerapkan protokol CHSE (Cleanlines, Healthy, Safety & Environment ). Guna mendukung keyakinan pengelola wisata serta para tamu wisatawan, pemerintah daerah tengah menyiapkan stiker dan e-plakat sebagai penanda tempat wisata tersebut telah menjalankan protokol kesehatan dengan baik.
“Seluruh Kabupaten/Kota di DIY sudah membentuk tim verifikasi. Kemudian juga telah sepakat perlunya sertifikat. Harus ada satu tanda yang divisualisasikan. Sudah kita sepakati bersama untuk membuat stiker yang ditempel di destinasi atau usaha jasa pariwisata. Yang menunjukkan tempat tersebut sudah diversifikasi oleh tim,“ ujar Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo dalam zoominar Jogja Tourism: Planning for Quick Recovery, Rabu (26/8).
Tidak hanya stiker. Juga ada e-plakat. “Tanda sertifikat bahwa tempat itu sudah disertifikasi oleh Tim. Ini bisa diprint sendiri. Kalau kami yang nge-print dan bikin pigura akan memakan waktu. Jadi cetak sendiri-sendiri saja,“tambah Singgih.
Singgih yang tampil bersama lima Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten dan Kota se-DIY juga mengakui pentingnya stiker atau plakat ini. Terutama untuk memberikan rasa percaya diri bagi pengelola dan sekaligus memberikan knowledge atau informasi terhadap wisatawan bahwa sudah tempat tersebut sudah diverifikasi oleh pemerintah.
Stiker bertuliskan Jogja Clean & Safe itu lantas ditayangkan di layar yang menjadi background para pembicara. Ada tulisan Jogja dengan font ikon Jogja selama ini serta tanda centang dan tulisan Clean & Safe. Stiker ini berlaku untuk semua kabupaten dan kota. “Tapi nanti akan ada ciri khas produk untuk masing-masing kabupaten. Misalnya Sleman apa, Gunungkidul apa,“ papar Singgih.
Mengapa memakai istilah dalam bahasa Inggris, Jogja Clean & Safe? Singgih punya alasan agar pesan ini bisa didengar oleh wisatawan mancanegara. Harapannya situasi segera teratasi sehingga wisatawan mancanegara bisa kembali datang. Jadi istilah dengan bahasa Inggris tersebut merupakan selling point untuk menunjukkan bahwa kita siap dengan standar yang ada.
Ditambahkan, selain di tingkat lokal, secara nasional juga ada I Do Care. Singkatan dari Indonesia Care. Ini verifikasi atau pengakuan dari Kemenparekraf terhadap destinasi maapun UJP yang telah melakukan dan menerapkan protokol CHSE dalam penyelenggaraan pariwisata. “Jadi, pusat juga akan melakukan verifikasi. Kita di daerah juga. Ini nantinya akan terintegrasi,“ tandas Singgih.
Zoominar yang diselenggarakan DPD Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY bekerja sama dengan Dinas Pariwisata DIY ini mencatat sejarah. Di satu tempat dan waktu yang sama, kelima Kepala Dinas Kabupaten Kota se-DIY dan Kepala Dinas Pariwisata DIY duduk bersama menjadi narasumber.
Kepala Dinas dari Kabupaten dan Kota yang menjadi narasumber tersebut adalah Sri Sudarningsih (Sleman), Kwintarto Heru Prabowo (Bantul), Asti Wijayati (Gunungkidul), Marius T (Kota Yogya), Joko Mursito (Kulonprogo). Para kepala dinas ini juga memaparkan kesiapan dan kebijakan pembukaan destinasi wisata di daerah masing-masing dengan SOP Covid-19.
Hadir juga Ketua-ketua asosiasi pelaku industri pariwisata. Seperti Ketua PHRI DIY, ASITA DIY, HPI DIY dan lain-lain. Seperti diketahui, GIPI DIY beranggotakan 20 lebih asosiasi industri pariwisata. Secara online, Zoominar yang dipandu Dr Ike Janita Dewi (Litbang GIPI DIY) ini diikuti 700-an peserta. Termasuk Ketua DPP GIPI Pusat Didin Junaedi dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Hilman Trisnawan yang lantas memberikan tanggapannya.
Dalam kesempatan tersebut, Singgih kembali menceritakan upaya Pemerintah DIY melakukan recovery pariwisata DIY. Dinas Pariwisata terus berkoordinasi dan bersinergi dengan OPD, instansi seperti dinas kesehatan, dinas koperasi UKM, gugus tugas dan lainnya juga dengan pelaku industri wisata hingga tersusun ada SOP Pranatan Anyar.
“Pranatan Anyar Plesiran Jogja ini adalah produk yang akan kita pedomani bersama-sama. Karena dibuatnya juga bersama-sama. SOP ini juga mencakup tempat wisata, perjalanan wisata, angkutan wisata, desa wisata, hotel, desa wisata sampai event organizer. Inilah yang kita kenal sebagai cara baru berwisata di Jogja,“ tegas Singgih.
Ditegaskan pula, pertumbuhan ekonomian di DIY tetap harus diupayakan untuk tidak minus terlalu dalam. Destinasi wisata akan dibuka secara hati-hati, dengan selalu memperhatikan aspek kesehatan.
Kepala Dinas Pariwisata Sleman Sri Sudarningsih menambahkan, semua wisatawan butuh keyakinan bahwa wisata di Jogja itu aman. “Karena itulah kita lakukan verifikasi semua destinasi dan UJP untuk memberikan rasa aman pada pengusaha maupun wisatawan dan masyarakat. Kita harus pastikan protokol kesehatan itu dilaksanakan dengan baik dan benar untuk seluruh destinasi. Menjamin berwisata di Jogja itu aman,“ ujarnya.
Kwintarto Heru Prabowo juga mengungkapkan langkah Dinas Pariwisata Bantul melakukan verifikasi tempat wisata dan UJP. Ujicoba pranatan anyar ini dilakukan di 253 obyek wisata. Lalu mereka diverifikasi oleh tim. Caranya para pengelola diminta mengirimkan video simulasi mandiri untuk bisa dinilai di dinas. “Dari video itulah kita kemudian menindaklanjuti meninjau ke lapangan. Yang sudah siap, berdasarkan video itu, kita verifikasi lapangan. Dengan begitu tidak ada istilah kemiren karena merasa dijadwal belakangan.“ (*)