Jogja selalu istimewa. Pagi tadi, sekira pukul 05.30 WIB, 300 orang bersiap keliling DIY dengan sepeda dan melewati tempat-tempat wisata. Ini bukan kegiatan biasa. Dan mereka juga “bukan orang biasa.“ Mereka adalah para peserta Asita Volcano Cycling 2023. Event sport tourism yang digelar ASITA DIY. Terlihat Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo melepaskan rombongan ini di depan Hotel Grand Rohan depan JEC.
Apa istimewanya? Event sepedaan ini akan menempuh dua rute pilihan 150 km dan 210 km melewati 30 destinasi wisata. Menjelajah kota dan kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Rute yang disebut sebagai rute “Ring of Jogja” ini merupakan rute yang menyajikan pengalaman lengkap bersepeda dengan melewati jalur sawah, sungai, pegunungan, hutan, gunung api purba, maupun jalur cepat di pinggir pantai.
Para peserta akan melewati sejumlah check point. Nah, di sinilah, mereka akan disuguhi kesenian tradisional serta kudapan lokal. Hasil kerja kolaborasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten setempat. Inilah cara jitu mengenalkan dan mempromosikan pariwisata di DIY.
Menurut Ketua Panitia ASITA DIY Volcano Cycling 2023, Muhammad Fahrurrozi, rute “Ring of Jogja” memang dibuat dengan kesadaran bahwa rute tersebut melewati semua destinasi utama pariwisata DIY. Lengkap jenisnya, gunung, lembah, sungai, hutan, dan sebagainya. “Lewat pula jalur Luna Maya. Jalur sepeda di pinggir sawah di Nanggulan, Kulon Progo yang memang Luna Maya dulu sering gowes di sana,” papar pria yang akrab disapa Rozi ini.
Selain rute dan view yang sangat menarik, ASITA Volcano Cycling ini adalah gowes unsupported. Artinya tidak ada Road Captain (RC) yang akan jadi penunjuk arah. Petugas polisi yang mengatur lalu lintas juga tidak akan ada. Untuk itu peserta diwajibkan menginstal peta di cyclocomp atau di ponselnya. “Peserta benar-benar mandiri. Yang cepat dan piawai melihat peta, bisa finis duluan. Jadi nggak bergerombol. Namun panitia tetap mengawal,” tambah Rozi.

Kegiatan ini bisa menjadi kebanggaan masing-masing peserta. Prestasi bagi diri sendiri sudah berhasil nggowes sejauh 150 km atau 210 km. Apalagi ada jalur dengan rute nanjak yang ekstrem. Menurut Rozi, ada trek dengan elevation gain-nya mencapai 2.600 meter.
Sebagai gambaran, ASITA Volcano Cycling start dari Hotel Grand Rohan lalu ke Tugu Jogja dan finis pukul 22.00 malam dan paling terlambat Minggu pukul 00.00 di Cangkringan tempat korban erupsi. Sementara yang 150 Km finish berada di Desa Sriharjo, Bantul.
Dari Tugu Jogja, peserta melaju ke Malioboro, Titik Nol, Keraton Jogja, spot kelapa di Moyudan, Buk Renteng yang ada sungai di atas Benteng, Selokan Mataram, Gebleg Pari, Sentra Batik di Lendah, dan bisa istirahat di cek point di Dapur Kahyangan Kulon Progo.

Setelah itu peserta gowes menyusuri pantai mulai dari pantai Baru, Goa Cemara, Samas, Depok, Geopark Maritim Parangtritis, dan masuk ke cek point 2 di Tourist Information Center. Peserta juga melintasi gumuk pasir. Di rute ini, ada jalan berpasir. Peserta yang naik sepeda apapun pasti akan dituntun. Lalu lanjut pantai Cemoro Sewu, Parang Kusumo, lewat Pundong ke arah Sriharjo. Yang 150 Km berakhir di sini.
Sedangkan bagi yang mengambil trek 210 Km, gowes akan berlanjut naik ke Bukit BNI, Kebun Buah Mangunan, Hutan Pinus Asri, Hutan Pinus Mangunan, Lintang Sewu, Puncak Becici, Puncak Pengger, HeHa Skyview, Gunung Api Purba, Embung Nglanggeran, Obelix, Candi Ijo, Tebing Breksi, Prambanan, dan berakhir di Museum Bakalan di Cangkringan tempat korban erupsi Gunung Merapi. *